SEJARAH TELEVISI ANALOG & DIGITAL
Digital Television (DTV) adalah jenis televisi yang
menggunakan modulasi digital dan system kompresi untuk menyiarkan sinyal
gambar, suara dan data ke pesawat televisi. Teknik transmisi digital pada
siaran TV digital dapat disiarkan melalui jaringan komunikasi kabel, seluler,
testerial dan bahkan jaringan internet atau IPTV. Saat ini terdapat beberapa
standar penyiaran TV digital yang sedang berkembang yaitu DVB-T (Digital
Video Broadcasting Terestrial) dari Eropa, ISDB-T (Integrated Services
Digital Broadcasting Testerial) dari Jepang, ATSC (Advanced
Television Sistems Comnutted) dari Amerika Serikat, TOMB (Testerial
Digital Multimedia Broadcasting) dari Korea Selatan, dan DMB-T(Digital
Multimedia Broacasting Testerial) dari China. Di Indonesia uji coba
penyiaran TV digital telah dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 2006 menggunakan kanal 34 UHF untuk standar
DVB-T (Digital Video Broadcasting Testerial) dan kanal 27 UHF untuk
standar DMB-T (Digital Mobile Broadcasting Testerial). DVB
adalah standar terbuka yang diterima secara internasional untuk TV Digital. Sistem
DVB mendistribusikan data menggunakan berbagai pendekatan yaitu satelit
(DVB-T), kabel (DVB-C), tersterial (DVB-T), dan TV terrestrial
digital untuk genggam atau handhelds (DVB-H). Dunia
penyiaran televisi (TV) di Indonesia akan segera memasuki era
digital.
Pemerintah melalui keputusan menteri komunikasi dan informatika
Nomor : 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang standar penyiaran
digital teresterial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia telah menetapkan
standar DVB-T (Digital Video Broadcasting Testerial) sebagai standar
penyiaran televisi digital teresterial tidak bergerak di Indonesia.
Penetapan tersebut telah menggariskan arah
perkembangan penyiaran televisi di Indonesia ke depan. Selanjutnya pemerintah
juga telah mempersiapkan pelaksanaan datangnya era penyiaran
digital dengan mempersiapkan tiga working group yang dipercaya untuk melakukan
perumusan konsep-konsep dasar bagi pengembangan penyiaran televisi digital di Indonesia
melalui keputusan menteri KominfoNo.500/Kep/M. KOMINFO / 11 / 2007. Ketiga
working group tersebut adalah working group master plan frekuensi penyiaran
digital dan working group teknologi peralatan. Sampai saat ini, ketiga working group masih
bekerja. Hasilnya ada beberapa yang sudah disampaikan kepada kalangan terbatas
untuk dilakukan pencermatan dan evaluasi. Kepastian proses digitalisasi
penyiaran televisi di Indonesia dipertegas lagi dengan peraturan menteri komunikasi dan
informatika No. 27/P/M. KOMINFO / 8 / 2008 tentang uji coba lapangan
penyelenggaraan siaran televise digital, tertanggal 5 Agustus 2008. Dalam
peraturan menteri tersebut digariskan uji coba yang akan dilakukan mengubah
pola penerimaan televisi pelanggan. Terdapat tiga tahap yang akan dilalui
pelaksanaan uji coba tersebut, tahap pertama akan dimulai 2008-2012 meliputi
tahap uji coba selama 1 tahun, penghentian izin lisensi baru untuk TV analog
setelah beroperasinya penyelenggara infrastruktur TV digital, perkenalan
DVB-T atau DAB, periode simulcast (diperlukan
pemetaan lokasi dimulainya siaran digital dan dihentikannya siaran analog
sesuai usulan rancangan permanen mendorong industri elektronik dalam penyediaan
peralatan penerima TV digital. Tahap kedua, ditergetkan mulai tahun 2013-2017
dengan kegiatan meliputi penghentian siaran televisi analog di
kota-kota besar dilanjutkan dengan daerah regional lainnya serta intensifikasi
penerbitan izin bagi mux operator yang awalnya beroperasi analog ke digital.
Tahap ketiga atau tahap terakhir merupakan periode dimana seluruh
siaran TV analog dihentikan penuh pada band empat dan lima, dan kanal keatas
digunakan untuk system komunikasi nirkabel masa depan.
PENGERTIAN TV ANALOG DAN DIGITAL
TV DIGITAL
Televisi Digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan
modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan
data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk
menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital
yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti
komputer.
Seiring dengan perkembangan yang ada,tv digital sekarang telah
menjadi banyak pilihan oleh khalayak banyak karena fitur dan kemudahan dalam
penggunaannya. Dan produsen tv elektronik pun juga mulai melirik pasar TV
digital seiring dengan perkembangan tv analog yang kian menurun. TV digital
ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan
lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap dari sejumlah pemancar yang membentuk
jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas.
TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang
digunakan kamera video.
TV ANALOG
Televisi analog adalah jenis televisi yang menggunakan gelombang
radio berbentuk tube atau tabung CRT(Chatode Ray Tube) yang signalnya
dipancarkan hingga berwujud suara dan gambar.
Sistem pemancar TV Digital
Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia,
yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial
(DVB-T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi
(ISDB-T) di Jepang. Semua standar sistem pemancar sistem digital berbasiskan
sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV serta
MPEG-1 untuk DVB-T.
Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-T sangat fleksibel dan
memiliki kelebihan terutama pada penerima dengan sistem seluler. ISDB-T terdiri
dari ISDB-S untuk transmisi melalui kabel dan ISDB-S untuk tranmisi melalui
satelit. ISDB-T dapat diaplikasikan pada sistem dengan lebar pita 6,7MHz dan
8MHz. Fleksibilitas ISDB-T bisa dilihat dari mode yang dipakainya, dimana mode
pertama digunakan untuk aplikasi seluler televisi berdefinisi standar (SDTV),
mode kedua sebagai aplikasi penerima seluler dan SDTV atau televisi berdefinisi
tinggi (HDTV) beraplikasi tetap, serta mode ketiga yang khusus untuk HDTV atau
SDTV bersistem penerima tetap. Semua data modulasi sistem pemancar ISDB-T dapat
diatur untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan mode ini bisa diatur melalui
apa yang disebut kontrol konfigurasi transmisi dan multipleks (TMCC).
Frekuensi sistem penyiaran televisi digital dapat diterima
menggunakan antena yang disebut televisi terestrial digital (DTT), kabel (TV
kabel digital), dan piringan satelit. Alat serupa telepon seluler digunakan
terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat DMB dan DVB-H.
Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan internet berkecepatan
tinggi yang dikenal sebagai televisi protokol internet (IPTV).
Televisi Digital (Digital Television, DTV) atau penyiaran Digital
adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi Digital dan sistem kompresi
untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV Digital
bukan berarti pesawat televisi nya yang Digital namun lebih kepada sinyal yang
dikirimkan adalah sinyal Digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran
Digital (Digital Broadcasting).
Televisi Analog mengkodekan informasi gambar dengan
memvariasikan voltase dan frekuensi dari sinyal. Seluruh
sistem sebelum televisi Digital dapat dimasukan ke Analog. Sistem yang
dipergunakan dalam televisi Analog NTSC (National Television System
Committee), PAL, dan SECAM.
Perbedaan TV Digital dengan TV Analog
Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi
Analog dan Digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem
Analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan
penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem Digital,
siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal
tidak dapat diterima lagi. Perbedaan TV Digital dan TV Analog hanyalah pada
sistem tranmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan
sistem Analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier,
sedangkan pada pada sistem Digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode
Digital (diskret) baru di pancarkan.
KELEMAHAN TV ANALOG DAN DIGITAL
TV ANALOG
Kelemahan Analog TV biasanya
terletak pada hasil terima yang terlihat kurang sempurna. Tampilan yang
dihasilkan dari Analog TV berkedip-kedip dengan kualitas gambar menjadi turun
atau tidak jernih. Hal ini karena gambar-gambar analog yang menyatu karena pancaran
elektron yang ditembakkan hanya setengahnya saja yang sampai ke layar TV dan TV
analog hanya mampu menampilkan gambar dengan besaran resolusi 480 pixel saja
sehingga gambar tidak mampu tertampil dalam TV berukuran besar.
TV DIGITAL
1. Harus menyiakan
peralatan tambahan berupa parabola set plus receivernya
2. Gangguan dapat terjadi
apabila matahari tepat berada di atas satelit
KELEBIHAN TV ANALOG DAN DIGITAL
TV DIGITAL
1. Kualitas gambar
2. Julah siaran televisi
3. Karakteristik sinyal
4. Spektrum Frekuensi
5. Lebar pita Frekuensi
Dampak Positif
Kualitas gambar yang lebih halus dan
tajam. Pengurangan terhadap efek noise. Kemudahan untuk recovery pada
penerima dengan error correction code serta. Mengurangi
efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak
(misalnya di mobil, bus, maupun kereta api). Selain itu sinyal Digital dapat
menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada
tv Digital tidak sebesar tv Analog.
Dampak Negatif
Regulasi bidang penyiaran yang harus
diperbaiki. Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan
teknologi yang akan digunakan. Industri pendukung yang harus segera disiapkan
baik perangkat maupun kontennya. Jika kanal TV Digital ini diberikan secara
sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran Digital
terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan
bagi penyelenggara TV Analog eksisting seperti TVRI, 5 TV
swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV Digital
di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat , Ary. (2015). Analisis
Perancangan Sistem MATV (Master Antena Televisi) Digital Pada Hotel Golden
Tulip Essential Pontianak. Diperoleh Dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jteuntan/article/view/11233
Alaydrus, M. 2011. Antena Prinsip Dan
Aplikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Basset, John. 2001. Rahasia Dibalik
Televisi. Bandung : Pakar Karya Pakarnya Pustaka.
Dennis Roddy & Jhon Coolen. 1997.
Electronic Communication, 3rd Edition, terjemahan oleh Kemal Idris, cetakan
Ke-empat. Jakarta : Erlangga.
Francis, Rm. D. Yuri. 1992. Membuat Teknik
Transmisi sinyal Audio- Video(Television Cable Set). Jakarta : C.V Aneka.
Hill McGraw. 1984. Basic Televisi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Dennis Roddy & Jhon Coolen, 1997,
Electronic Communication, 3rd Edition, terjemahan oleh Kemal Idris, cetakan
Ke-empat, Pernerbit Erlangga.
No comments:
Post a Comment