SYSTEM DEVELOPMENT LIFE STYLE
Mata Praktikum : Pengantar Web Science
Kelas : 2IA19
NPM : 52418053
Nama : Ditya Anggraeni
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2020
Kata Pengantar
Sangat sulit
untuk membuat sebuah perangkat lunak tanpa perancangan yang maksimal. Beberapa
teknik dalam mengembangkan perangkat lunak terus dikembangkan hingga kini.
Masih banyak perdebatan mengenai metode yang paling baik dan paling sesuai
untuk segala tipe perangkat lunak. Meski demikian, ada perencanaan lebih baik
daripada tidak ada perencanaan sama sekali.
Dilihat dari
berbagai sisi, SDLC memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai sarana
komunikasi antara tim pengembang dengan pemegang kepentingan. SDLC juga
berfungsi membagi peranan dan tanggung jawab yang jelas antara pengembang,
desainer, analis bisnis, dan manajer proyek.
Fungsi lain dari
SDLC ialah dapat memberikan gambaran input
dan output yang jelas dari satu tahap
menuju tahap selanjutnya. SDLC adalah siklus yang digunakan dalam pembuatan
atau pengembangan sistem informasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
secara efektif.
Dalam pengertian
lain, SDLC adalah tahapan kerja yang bertujuan untuk menghasilkan sistem
berkualitas tinggi yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau tujuan dibuatnya
sistem tersebut.
SDLC menjadi
kerangka yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memproses
pengembangan suatu perangkat lunak. Sistem ini berisi rencana lengkap untuk
mengembangkan, memelihara, dan menggantikan perangkat lunak tertentu.
Daftar
Isi
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................
1
1. Latar Belakang
..................................................................................................
1
A.
Rumusan Masalah .........................................................................................
1
B.
Maksud dan tujuan
........................................................................................
1
BAB I
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara
penyampaian informasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah Teknologi
Informasi) sudah ada sejak zaman dahulu. Mulai dari gambar-gambar yang tak
bermakna di dinding-dinding gua, peletakkan tonggak sejarah dalam bentuk
prasasti sampai diperkenalkannya dunia arus informasi yang kemudian dikenal
dengan nama internet. Sistem Informasi dari setiap zaman akan selalu mengalami
perubahan dan pengembangan sistem informasi.
Dari tahun ke tahun sistem informasi semakin maju, semakin modern dan
semakin luas cakupan informasinya. Pengembangan sistem informasi dimulai dari
tingkat kebutuhan masyarakat. Dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan
informasi maka akan semakin cepat pula sistem informasi mengalami pengembangan.
Informasi yang disampaikan pun berkembang. Dari sekedar menggambarkan keadaan
sampai taktik bertempur. Pencarian asal muasal proses pemecahan masalah secara
sistematis mengarah pada John Dewey, seorang profesor ilmu filosofi di Columbia
University.
A. Rumusan Masalah
1.
Mengetahui apa saja kegunaan SDLC
2.
Manfaat SDLC
B.
Maksud dan
tujuan
1.
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan SDLC
2.
Untuk mengetahui tahapan – tahapan SDLC
1
BAB II Pembahasan
SDLC adalah
siklus hidup pengenbangan system. Metodologi metodologi ini membentuk suatu
kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan system iinformasi,
yaitu proses pengembangan perangkat lunak metodologi – metodologi ini membentuk
suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan system
informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak.
Pengembangan
SDLC adalah proses yang digunakan oleh analis system untuk mengembangkan system
informasi, termsuk persyaratan, validasi, pelatihan dan pengguna (stakeholder)
kepemilikan. Setiap SDLC harus menghasilkan system berkualitas tinggi yang
memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, mencapai penyelesaian dalam waktu
dan perkiraan biaya, bekerja secara efektif dan efisien disaat ini dan
direncanakan teknologi informasi insfrakstruktur dan murah untuk mempertahankan dan biaya efektif.
Adapun metode yang di gunakan dalam SDLC
yaitu :
1. Metode SDLC Waterfall
Waterfall apabila diartikan
secara literature berarti air terjun. Namun demikian, bagi ilmu computer juga
teknologi informasi, waterfall merupakan salah satu jenis metode yang digunakan
dalam melakukan sebuah pengembangan system.
Metode pengembangan system sendiri dapat di artikan sebagai sebuah
proses mengembangkan dan juga mengubah suatu system perangkay lunak atau
software dengan menggunakan Teknik – Teknik tertentu.
Pengembangan system dan juga perangkat lunak dari sebuah
software computer dilakukan secara sekuensial dan juga saling berurutan. Pada
model pengembangan system metode waterfall, sebuah pengembangan system
dilakukan berdasarkan urutan analisis, desain, pengkodean, pengujian dan
berakhir pada tahap supporting. Disebut sebagai metode waterfall dikarenakan
tahapan dan juga urutan dari metode yang dilakukan merupakan jenis metode yang
berurutan dan berkelanjutan, seperti layaknya sebuah air terjun.
1.1 Tahapan metode
waterfall
Ada 5
tahapan yang harus dilewati oleh sebuah system dalam pengembangannya apabila
menggunakan implementasi dari metode pengembangan waterfall. Berikut ini adalah
kelima tahapan yang harus dilewati oleh pengembangan system tersebut :
1. Tahapan
analisis
Tahapan analisis mengacu pada
fenomena dan juga permasalahan yang terjadi, dan mengapa sebuah aplikasi sangat
pentung untuk dibuat dalam mengatasi masalah atau fenomena tersebut. Kemampuan
analisis tidak hanya dibebankan kepada programmer saja, namun bisa juga
dibebankan kepada ahli ekonomi dan juga social politik.
2. Tahapan
desain
Tahapan
berikutnya adalah pembuatan desain dari sebuah system dalam tahapan ini, tidak
hanya desain interface sistemnya saja yang dikembangkan, namun juga
dikembangkan sedain dari alur system tersebut, hingga bagaimana satu system
tersebut bisa bekerja, mulai dari tampilan awal, fungsi – sungsi tombol, hingga
input output yang akan dihasilkan nantinya.
3. Tahapan
pengkodean
Pengkodean
merupakan tahapan yang wajib dilakukan oleh mereka yang mengerti Bahasa
pemrograman, untuk menjalankan desain system yang sudah dibuat, maka kemudian
kode dan juga script akan dimasukkan ke dalam desain tersebut, sehingga
nantinya desain dari system tersebut bisa berjalan dengan lancer dan juga baik.
4. Tahapan
pengujian
Setelah
sitem selesai dilakukan pengkodean, maka system tersebut akan diuji sebelum
silemparkan kedalam pasaran untuk digunakan oleh user. Dalam pengujian dilihat
apakah sistem dapat bekerja dengan baik, tampilan interface sesuai harapan, dan
semua fungsinya bisa digunakan dengan baik dan lancar.
5. Implementasi
Sistem (implementasi)
Tahap implementasi adalah tahap dimana
semua elemen dan aktivitas sistem disatukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menyiapkan
Fasilitas Fisik
Fasilitas-fasilitas fisik yang
disiapkan antara lain komputer dan peripheralnya, termasuk keamanan fisik untuk
menjaga berlangsungnya peralatan dalam jangka waktu yang lama.
b. Menyiapkan
Pemakai
Pemakai disiapkan dengan
terlebih dahulu yaitu dengan memberikan pelatihan secara prosedural maupun
tutorial mengenai sistem informasi sesuai fungsi tugasnya. Tujuannya adalah
agar para pemakai mengerti dan mengusai operasi sistem dan cara kerja sistem serta
apa saja yang diperoleh dari sistem.
c. Melakukan
Simulasi
Kegiatan simulasi berupa
pengujian sistem secara nyata yang melibatkan personil yang sesungguhnya.
6. Pemeliharaan
Sistem (Maintenance)
Ada 3 alasan perlunya pemeliharaan
sistem, yaitu:
a. Untuk
membenarkan kesalahan atau kelemahan sistem yang tidak terdeteksi pada saat
pengujian.
b. Untuk
membuat sistem up to date
c. Untuk
meningkatkan kemampuan system
1.2 Kelebihan
dan Kekurangan Metode Waterfall
Sebagai sebuah metode
dalam mengembangkan sistem, tentu saja metode waterfall memiliki beberapa
kelemahan dan juga kelebihan. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan
kekurangan metode waterfall dalam mengembangkan sistem:
kelebihan
|
kekurangan
|
|
Memiliki proses yang
urut, mulai dar analisa hingga support
|
Proses yang dilakukan
cenderung panjang dan juga lama
|
|
Setiap proses memiliiki spesifikasinya
sendiri, sehingga sebuah sistem dapat
dikembangkan sesuai dengan
apa yang
dikehendaki (tepat
sasaran)
|
Biaya penggunaan metode
yang cenderung mahal
|
|
Membutuhkan
banyak
riset dan juga
penelitian pendukung untuk
mengembangkan
sistem menggunakan metode
waterfall
|
||
Setiap proses tidak dapat
saling tumpang
tindih
|
Salah satu
jenis sistem yang mungkin sangat cocok menggunakan metode waterfall sebagai
metode pengembangannya adalah sebuah sistem operasi komputer. Hal ini
disebabkan karena sistem operasi komputer memiliki fungsi yang sangat kompleks,
sehingga dalam pengembangannya membutuhkan analisa yang penuh mengenai
kebutuhan user akan sistem operasi, hingga fiturfitur penting yang harus
dimiliki oleh sistem operasi tersebut.
Semakin baik
proses riset dan analisa yang dilakukan, maka hal ini akan membuat fungsi sebuah
sistem operasi komputer menjadi lebih kompleks, eksklusif, dan juga sangat
beragam dan banyak digunakan oleh user. Selain itu, sistem operasi juga sangat
membutuhkan supporting, yang dilakukan dengan cara update berkala dari sistem
operasi tersebut.
2. Metode SDLC Spiral
Kali ini saya
akan melanjutkan postingan tentang salah satu metode pengembangan perangkat
lunak yaitu metode PRL SPIRAL. Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak
yang ada yaitu model prototyping dengan pengulangannya dan model waterfall
dengan pengendalian dan sistematikanya.
Model ini dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model
ini memadupadankan beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan produk
khusus atau untuk menjawab persoalanpersoalan tertentu selama proses pengerjaan
proyek.
Model spiral
(spiral model) adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai
sifat iteratif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis dari
model sekuensial linier. Model ini berpotensi untuk pengembangan versi
pertambahan software secara cepat. Di dalam model spiral, software dikembangkan
di dalam suatu deretan pertambahan. Selama awal iterasi, rilis inkremental bisa
merupakan sebuah model atau prototipe kertas. Selama iterasi berikutnya,
sedikit demi sedikit dihasilkan versi sistem rekayasa yang lebih lengkap.
Model spiral
dibagi menjadi sejumlah aktifitas kerangka kerja, disebut juga wilayah tugas,
di antara tiga sampai enam wilayah tugas. Tahap-tahap model tersebut dapat
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
1. Tahap
Liason: pada tahap ini membangun komunikasi yang efektif di antara pengembangan
dan pelanggan.
2. Tahap
Planning (perencanaan): pada tahap ini ditentukan sumber-sumber informasi,
batas waktu dan informasi-informasi yang dapat menjelaskan proyek.
3. Tahap
Analisis Resiko: mendefinisikan resiko, menentukan apa saja yang menjadi resiko
baik teknis maupun manajemen.
4. Tahap
Rekayasa (engineering): pembuatan prototipe atau pembangunan satu atau lebih
representasi dari aplikasi tersebut.
5. Tahap
Konstruksi dan Pelepasan (release): pada tahap ini dilakukan pembangunan
perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan
tambahan untuk keberhasilan proyek.
6.
Tahap Evaluasi: Pelanggan/pemakai/pengguna
biasanya memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap
engineering dan instalasi.
Dalam pengembangan sistem informasi
berbasis web, model ini digunakan untuk menyelesaikan sistem secara global
terlebih dahulu, kemudian untuk feature dari sistem akan dikembangkan kemudian.
Dengan ini mempercepat dalam pengimplementasian project dan hal ini cocok
digunakan dalam sistem informasi Web.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Spiral :
kelebihan
|
kekurangan
|
|
Sangat mempertimbangkan
resiko kemungkinan
munculnya
kesalahan
sehingga sangat dapat
diandalkan untuk
pengembangan
perangkat lunak skala
besar.
|
Waktu yang dibutuhkan
untuk mengembangkan perangkat lunak
cukup panjang
demikian juga biaya yang
besar.
|
|
Pendekatan model ini
dilakukan melalui
tahapan-tahapan
yang
sangat baik dengan menggabungkan model
waterfall
ditambah dengan
pengulangan-
pengulangan
sehingga
lebih realistis untuk mencerminkan keadaan
sebenarnya.
|
Sangat tergantung kepada tenaga ahli yang dapat
memperkirakan resiko.
|
|
|
||
Baik pengembang maupun pemakai dapat cepat
mengetahui letak
kekurangan dan
kesalahan dari sistem
karena proses-
prosesnya dapat diamati
dengan baik.
|
Terdapat pula
kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru,
belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan. Meyakinkan
konsumen (khusunya dalam situasi kontrak) bahwa pendekatan evolusioner bisa
dikontrol.
Model Boehm/Spiral sangat cocok
diterapkan untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar di mana
pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami kondisi pada setiap tahapan
dan bereaksi terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan. Selain itu, diharapkan
juga waktu dan dana yang tersedia cukup memadai.
3. Metode SDLC Rapid Application
Development (RAD)
Rapid
Application Development (RAD) adalah strategi siklus hidup yang ditujukan untuk
menyediakan pengembangan yang jauh lebih cepat dan mendapatkan hasil dengan
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang dicapai melalui siklus
tradisional (McLeod, 2002). RAD merupakan gabungan dari bermacam-macam teknik
terstruktur dengan teknik prototyping dan teknik pengembangan joint application
untuk mempercepat pengembangan sistem/aplikasi (Bentley, 2004). Dari
definisi-definisi konsep RAD ini, dapat dilihat bahwa pengembangan aplikasi
dengan menggunakan metode RAD ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
lebih cepat.
1.1 Fase
dan Tahapan Pengembangan Aplikasi
Menurut Kendall (2010), terdapat
tiga fase dalam RAD yang melibatkan penganalisis dan pengguna dalam tahap
penilaian, perancangan, dan penerapan. Adapun ketiga fase tersebut adalah
requirements planning (perencanaan syarat-syarat), RAD design workshop
(workshop desain RAD), dan implementation (implementasi). Sesuai dengan
metodologi RAD menurut Kendall (2010), berikut ini adalah tahap-tahap
pengembangan aplikasi dari tiap-tiap fase pengembangan aplikasi.
1) Requirements
Planning (Perencanaan Syarat-Syarat)
Dalam fase
ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk mengidentifikasikan tujuan-tujuan
aplikasi atau sistem serta untuk megidentifikasikan syarat-syarat informasi
yang ditimbulkan dari tujuan-tujuan tersebut. Orientasi dalam fase ini adalah
menyelesaikan masalah-masalah perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan
sistem bisa mengarahkan sebagian dari sistem yang diajukan, fokusnya akan
selalu tetap pada upaya pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Kendall, 2010).
2) RAD
Design Workshop (Workshop Desain RAD)
Fase ini
adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang bisa digambarkan sebagai
workshop. Penganalisis dan dan pemrogram dapat bekerja membangun dan
menunjukkan representasi visual desain dan pola kerja kepada pengguna. Workshop
desain ini dapat dilakukan selama beberapa hari tergantung dari ukuran aplikasi
yang akan dikembangkan. Selama workshop desain RAD, pengguna merespon prototipe
yang ada dan penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan
respon pengguna. Apabila sorang pengembangnya merupakan pengembang atau
pengguna yang berpengalaman, Kendall menilai bahwa usaha kreatif ini dapat
mendorong pengembangan sampai pada tingkat terakselerasi (Kendall, 2010).
3) Implementation
(Implementasi)
Pada fase
implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna secara intens
selama workshop dan merancang aspekaspek bisnis dan nonteknis perusahaan.
Segera setelah aspekaspek ini disetujui dan sistem-sistem dibangun dan
disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari sistem diujicoba dan kemudian
diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010).
1.2 Kelebihan dan Kekurangan RAD
Metode pengembangan sistem RAD
relatif lebih sesuai dengan rencana pengembangan aplikasi yang tidak memiliki
ruang lingkup yang besar dan akan dikembangkan oleh tim yang kecil. Namun, RAD
pun memiliki kelebihan dan kekurangannya sebagai sebuah metodoligi pengembangan
aplikasi.
Kelebihan metodologi RAD :
a. Penghematan
waktu dalam keseluruhan fase projek dapat dicapai.
b. RAD
mengurangi seluruh kebutuhan yang berkaitan dengan biaya projek dan sumberdaya
manusia.
c. RAD
sangat membantu pengembangan aplikasi yang berfokus pada waktu penyelesaian
projek.
d. Perubahan
desain sistem dapat lebih berpengaruh dengan cepat dibandingkan dengan
pendekatan SDLC tradisional.
e. Sudut
pandang user disajikan dalam sistem akhir baik melalui fungsi-fungsi sistem
atau antarmuka pengguna.
f.
RAD menciptakan rasa kepemilikan yang kuat di
antara seluruh pemangku kebijakan projek.
kekurangan penerapan metode RAD :
a. Dengan
metode RAD, penganalisis berusaha mepercepat projek dengan terburu-buru.
b. Kelemahan
yang berkaitan dengan waktu dan perhatian terhadap detail. Aplikasi dapat
diselesaikan secara lebih cepat, tetapi tidak mampu mengarahkan penekanan
terhadap permasalahanpermasalahan perusahaan yang seharusnya diarahkan.
c.
RAD menyulitkan programmer yang tidak
berpengalaman menggunakan prangkat ini di mana programmer dan analyst dituntut
untuk menguasai kemampuan-kemampuan baru sementara pada saat yang sama mereka
harus bekerja mengembangkan sistem.
4. Metode SDLC Syncronize and Stabilize
Model ini
adalah model yang digunakan oleh Microsoft.
Secara garis besar, Model Synchronize and Stabilize ini sama dengan
model incremental, tetapi oleh CUsamano dan Selby tahun 1997 menyebutnya
sebagai model Syncronize and Stabilized Model karena ada beberapa proses
manajemen yang ditekannya oleh Microsoft.
Analisis
kebutuhan dilakukan dengan wawancara dengan sejumlah konsumen yang
potensial. Kemudian kebutuhan-kebutuhan
tersebut dibuat paket dan disusun daftar secara prioritas. Kemudian spesifikasi ditulis. Selanjutnya pekerjaan dibagi dalam tiga atau
empat bagian pembangunan software.
Bagian pertama menangani hal-hal
yang paling kritis, bagian
selanjutnya menangani hal-hal yang krisis selanjutnya, dan seterusnya.
Pada akhirnya,
setiap hari dilakukan proses sinkronisasi, yaitu menggabungkan bagian-bagian
yang terpisah tersebut kemudian ditesting.
Proses stabilisasi dilakukan pada akhir pembangunan setiap bagian. Kesalahan yang terjadi akan diperbaiki, dan
tidak akan ada perubahan spesifikasi.
1.1 Proses tim Synchronize-and-Stabilize dapat
dirangkum sebagai berikut:
a. Berorientasi
kepada fitur
b. Synchronize
(pengembangan harian) and Stabilize
(perbaikan kesalahan di setiap
milestone)
c. Product
Managers mengembangkan vision statement dan fitur yang sesuai dengan keinginan
customer.
d. Program
Managers mengembangkan fungsional spesifikasi berdasarkan vision statement.
e. Program
Managers membuat jadwal dan tim fitur paralel antara 3-8 pengembang dan penguji
berdasarkan fungsional spesifikasi.
f.
Anggota tim dapat bekerja secara mandiri, sehingga
dapat menghasilkan kreativitas dan kebebasan di dalam sebuah project.
1.
Fase perencanaan (3-12 bulan, tergantung
besarnya suatu project)
-
vision statement
-
specification
-
schedule and feature team formation
2.
Fase Pengembangan (6-12 bulan)
-
subproject I: krusial 1/3 fitur, milestone
release I
-
subproject II: 1/3 fitur, milestone release II
-
subproject III: final 1/3 fitur, milestone
release III — code complete
3.
Fase Stabilization (3-8 bulan)
-
Internal testing
-
External testing di bagian “beta tester”
-
Siap untuk diluncurkan, dimana terdapat “golden
master” dan dokumentasi.
1.2 Keuntungan
menggunakan metode Synchronize and Stabilize
• Pendekatan
synchronize and stabilize mempunyai beberapa keuntungan bagi para manajer dan
engineer dalam mengembangkan suatu produk.
• Membagi
produk yang besar ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (prioritas dari fitur
produk yang memiliki tim fitur kecil dapat dibuat dalam beberapa bulan)
• Membuat
project bekerja secara sistematis meskipun mereka tidak dapat menggambarkan dan
menyelesaikan suatu produk di awal project.
• Mengijinkan
tim besar bekerja menjadi tim yang lebih kecil dengan membagi sebuah tim
menjadi beberapa bagian, bekerja secara paralel tetapi tetap dapat berkesinambungan
dalam men synchronizing setiap perubahan, stabilizing produk dan menemukan
serta memperbaiki kesalahan.
• Memfasilitasi
masukkan dari customer, fitur produk dan waktu pengembangan yang pendek, yang
didukung oleh mekanisme masukkan customer, prioritas, menyelesaikan dahulu
bagian yang sangat penting dan melakukan perubahan tanpa harus mengurangi fitur
yang diperlukan.
5. Metode SDLC Extreme Programming
Extreme
Programming (XP) merupakan suatu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk
pengembangan perangkat lunak cepat. Alasan menggunakan metode Extreme Programming (XP) karena sifat dari
aplikasi yang di kembangkan dengan cepat melalui tahapan-tahapan yang ada
meliputi : Planning/Perencanaan, Design/Perancangan, Coding/Pengkodean dan
Testing/Pengujian. (Pressman, 2012:88). Adapun
tahapan pada Extreme Programming dapat di jelaskan sebagai berikut:
1) Planning/Perencanaan
Pada tahap
perencanaan ini dimulai dari pengumpulan kebutuhan yang membantu tim teknikal
untuk memahami konteks bisnis dari sebuah aplikasi. Selain itu pada tahap ini
juga mendefinisikan output yang akan dihasilkan, fitur yang dimiliki oleh
aplikasi dan fungsi dari aplikasi yang dikembangkan.
2) Design/Perancangan
Metode ini
menekankan desain aplikasi yang sederhana, untuk mendesain aplikasi dapat
menggunakan ClassResponsibility-Collaborator (CRC) cards yang mengidentifikasi
dan mengatur class pada object-oriented.
3) Coding/Pengkodean
Konsep
utama dari tahapan pengkodean pada extreme programming adalah pair programming,
melibatkan lebih dari satu orang untuk menyusun kode.
4) Pengujian
Pada
tahapan ini lebih fokus pada pengujian fitur dan fungsionalitas dari aplikasi.
5.1.1 Extreme
Programming tepat untuk dipergunakan untuk pembuatan program yang:
-
Membutuhkan perubahan yang cepat (misalnya: Game
Mobile)
-
Proyek beresiko tinggi dengan tantangan yang
berat
-
Tim programmer sedikit, yaitu sekitar 2–10 orang
-
Adanya permintaan dari pelanggan secara langsung
1.1 Keuntungan dan Kekurangan Extreme Programming
•
Meningkatkan kepuasan kepada klien
•
Pembangunan system dibuat lebih cepat
•
Menjalin komunikasi yang baik dengan client.
•
Meningkatkan komunikasi dan sifat saling
menghargai antar developer.
Kekurangan
Extreme Programming
•
Cerita-cerita yang menunjukkan requirements dari
pelanggan kemungkinan besar tidak lengkap sehingga Developer harus selalu siap
dengan perubahan karena perubahan akan selalu diterima.
•
Tidak bisa membuat kode yang detail di awal
(prinsip simplicity dan juga anjuran untuk melakukan apa yang diperlukan hari
itu juga).
•
XP tidak memiliki dokumentasi formal yang dibuat
selama pengembangan. Satu-satunya dokumentasi adalah dokumentasi awal yang di
BAB III Kesimpulan
1. Sistem
adalah kumpulan bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang disatukan dan
dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan informasi diartikan sebagai
hasil pengolahan data yang digunakan untuk suatu keperluan, sehingga
penerimanya akan mendapat rangsangan untuk melakukan tindakan.
2. Sistem
Informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang
saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan, dan
mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan
dalam suatu organisasi.
3. Pengembangan
sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem
yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
4. Prinsip
Pengembangan Sistem yaitu: Sistem yg dikembangkan adalah untuk manajemen,
investasi modal yg besar, memerlukan orang yg terdidik, dll.
5. Alasan
diperlukan Pengembangan Sistem Informasi adalah: adanya masalah yang timbul
dari sistem yang lama seperti ketidakberesan dalam sistem lama dan pertumbuhan
organisasi (kebutuhan informasi yg semakin luas, volume pengolahan data
meningkat, perubahan prinsip akuntansi), untuk meraih kesempatan-kesempatan
dalam berbagai hal, seperti : peluang-peluang pasar, pelayanan yg meningkat kpd
pelanggan, juga adanya instruksi-instruksi (directive) dari pimpinan atau dari
luar organisasi spt peraturan.
6. Macam-Macam
Metodologi Pengembangan System diantaranya yaitu: SLDC, WATERFALL, Prototyping,
RAD, Spiral, Object Oriented Technology dan Metode End-user Development.